Posted in Autobiografi

Sebelum Gelap


Jalan Pulang
Jalan Pulang

Ma, aku akan pulang segera ke pelukanmu. Tak akan jauh-jauh lagi dari pandanganmu. Aku akan selalu didekatmu hingga nanti matahariku terbenam dan gelap segera menjemputku. Aku akan tinggal disini bersamamu, ma. Menyempatkan untuk menikmati bunga yang kita tanam mekar menghiasi halaman rumah kita. Aku juga akan menyempatkan waktu untuk menyapu tumpukan dedaunan tua yang jatuh berguguran karena telah sampai waktunya. Aku akan berdiri disini ma, menikmati senyum mu. Aku bahagia saat aku bisa membuat dan melihatmu tertawa. Sungguh, terlalu banyak waktuku kuhabiskan jauh dari mu. Aku tahu, rasa rindu itu meremukkan jantungmu. Saat kau harus jauh dariku, buah hatimu. Tapi kau adalah pembohong yang baik ma. Kau bisa menyembunyikannya di balik wajah teduhmu, di balik beningnya matamu. Aku gadis kecilmu yang cengeng ma, meskipun usia membawaku untuk menjadi sepertimu. Tapi, kau tahu ma. Aku gadis kecilmu yang cengeng ma. Aku tak sekuat dirimu. Hatiku belum setegar hatimu. Aku belum mampu berbohong dan menyembunyikan semua perasaan yang datang dengan begitu cepat. Aku tak mampu menutupi hancurnya hati, saat aku tahu aku harus segera meninggalkanmu. Airmata yang jatuh ini bukan hanya airmataku, tapi disana menjelma airmata sucimu ma. Maafkan aku jika aku, gadis kecilmu, membuatmu menangis ma. Tapi, dengan tenangnya kau mengatakan, “pergilah nak. Demi kehidupan yang lebih baik. Demi masa depanmu, raihlah cita-cita dan inginmu. Jaga dirimu, disana.  Jangan terlambat untuk mengingat lambungmu. ingat aku tak kan bisa datang segera saat kau membutuhkanku. Namun, doo’a ku selalu untumu, gadi kecilku“. Kau menguatkan hatimu, saat kau melihatku menangis. Kau menahan dirimu untuk terhanyut dalam suasana haru yang tiba-tiba menyeruak. Aku ingin memelukmu ma, sebelum kita berpisah untuk waktu yang lama. “Setahun, bukan untuk dihitung sayang. Nikmatilah, biarkan semuanya mengalir apa adanya, toh pada akhirnya waktu akan mengantarkanmu padaku, gadis kecilku. Kuatkan langkah mu, aku akan menunggumu disini”.

Ma, sampaikan pada papa. Aku akan segera pulang kembali kepelukannya. Pelukan cintanya yang selalu kurindukan. Pelukan  terhangat yang pernah menyusup kedalam sanubari, saat ia berusaha keras merelakan aku untuk pergi jauh darinya. Aku tahu pa, betapa pedihnya hatimu saat senja ketika kau pulang dari bekerja tak lagi menemukan senyumku saat membukakan pintu untukmu. Aku mengerti pa, ada rasa yang kurang saat makan malam tiba, kini tinggal mamalah yang menyajikan makan malam untukmu. Aku tahu kau merindukanku di setiap malam-malammu, pa. Meski kau suka berbohong padaku. Aku tahu kau menyimpan airmata itu dibalik tawa yang senagaja kau cipta agar aku tak usah memikirkan apa yang sebenarnya kau rasakan. Aku tahu kau menyembunyikan airmatamu di gelapnya malam, kau mengingankan aku untuk segera pulang dan takkan pergi jauh lagi darimu. Iya pa, aku akan segera pulang. Aku akan selalu didekatmu hingga nanti matahariku terbenam dan gelap segera menjemputku. Aku akan selalu membukakan pintu untukmu dengan senyum yang kau sudah hapal sedari dulu, saat aku menyambutmu sepulang kerja. Memang pa, waktu menuntutku untuk jadi wanita dewasa. Tapi, aku tetap gadis kecilmu pa. Gadis kecil yang selalu kau gendong dan tak kau izinkan untuk terluka sedikitpun. Pa, aku akan menyempatkan waktuku untukmu disini. Menemanimu kemanapun kau mau, kita akan pergi memancing bersama lagi, menikmati ketenangan yang ditawarkan alam dan aliran sungai yang mengalun merdu. Menikmati itu semua bersamamu, pa. Aku sangat merindukannya, aku tau kaupun pasti begitu pa. Aku janji pa, aku akan menghidangkan makan malam untukmu, untuk mama, dan adik-adik. Untuk kita pa. Aku tahu pa, ada kekhawatiran disini, dihatimu. Saat kau bertanya siapa pacarku. Kau bertanya-tanyakan, sepantas apakah dia untuk melindungi gadis kecilmu yang manja ini. Kau ingin dia tak menyakiti gadis kecilmu ini, iya kan pa..

Ma, pa.. Aku akan segera pulang. Aku akan menghabiskan waktu dirumah kita, bersamamu. Menikmati kembali kehangatan yang pernah berkurang ini. Ma, pa.. Aku akan selalu didekatmu hingga nanti matahariku terbenam dan gelap segera menjemputku. Dipelukanmu pa, aku menginginkan itu…

Bogor, 10 Juni 2013 © Dian Purnamasari