Posted in My Trip My Kuliner

Timur Pulau Jawa (Destiny)


Timur pulau jawa, ya provinsi jawa timur. Jauh? Ngga juga. šŸ™‚ Akhirnya, dengan membaca Bismillah aku memutuskan untuk meninggalkan jejak disana. Malam itu, kegalauan itu mencapai puncaknya. Aku tak ingin lagi mengingat tentangmu. Setiap tempat di kota ini membuatku mengingatmu. Tak mungkin aku akan selalu mengurung diri disini, di kamar ternyaman sembari menangisi kenyataan, kau tak lagi ingin menemani langkahku. Aku keluar, disetiap sudut jalanan kecil ini ada bayangmu, di gramedia Botani, di gang depan kosan, di ruang tamu, di gerbang kampus, semuanya. Dan itu membuat aku gila. Lebay siih, tapi aku mulai benci mengingatmu.

Aku memutuskan untuk pergi, tapi bukan karenamu. Aku ingin pergi menuruti tuntutan hati bahwa aku harus pergi. HARUS. Kehilangan atau tidak itu urusan kamu, tapi aku tahu, kau takkan kehilangan. Iyakan? Tak lagi aku akan mempercayai perkataanmu, “insting pendaki itu kuat, ian”. AkuĀ  tahu, kau takkan menemukanku sekarang. šŸ™‚

Aku begitu semangat ketika hatiku semakin mantap untuk pergi, aku mulai berburu tiket, tempat kursus dan camp. Ya, tidak butuh waktu lama untuk menentukan pilihan. Hanya dalam hitungan jam aku sudah mendapatkannya. Dan itu FIX. Tak ada satu orang pun yang mampu menghalangi langkah dan niatku kali ini. Aku harus pergi, mencari kehidupan baru, mencari sesuatu yang akan sangat berguna bagi masa depan. Suasana baru, orang baru, kebudayaan baru dan pengalaman baru. Aku tak sabar menunggu hari itu tiba, hari keberangkatanku. Tak perlu bertanya dengan siapa aku akan pergi. Aku hanya ingin pergi sendirian, untuk menemukan ketenangan, pikiran yang jernih dan mengikhlaskan segalanya. Dan nanti ketika aku kembali, aku ingin menjadi Dian yang BARU. šŸ™‚

Aku begitu enggan mengemasi barang-barangku. Tapi aku tahu, aku harus dan harus melakukannya demi tujuanku. Yah, aku berusaha keras untuk hanya membawa satu tas ransel dan laptop. Dengan bantuan Yola, aku berhasil melakukannya. Aku sedih saat Yola nangis ketika ia tahu aku akan pergi. Aku tahu, Yola ngga pernah sendirian di kosan, jangankan untuk satu bulan, satu haripun ia tak pernah sendirian di kosan. Sedih siih, tapi mau gimana lagi. Ini pilihan.

Dan hari itupun tiba, pagi itu Yola ga berangkat kerja. Kita makan pagi bareng di Minang Family. kemudian yola nganterin aku ke stasiun. Ya, lagi-lagi yola berkaca-kaca. Aku berlalu, tanpa ingin melihat kebelakang. Aku ngga ingin melihat temanku yang satu ini menangis.

Aku rasa Bogor sedih kita aku harus pergi meninggalkannya, aku jatuh cinta pada kota kecil ini. Dan mungkin juga sebaliknya. Hujan mengantarkan kepergianku. Hawa dingin itu memeluk langkahku, andai aku masih memiliki beberapa waktu lagi untuk tetap disana bersamanya. Namun, aku harus kuat. Tujuan dengan niat, harus kuat walau apapun datang merintang langkah. Aku menguatkan hatiku. Aku harus berangkat..

Sampai ketemu Bogor, aku tahu, aku pasti akan sangat merindukanmu…

Pare, 12 Januari 2013

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.