Posted in Autobiografi

TEKOM back to NATURE part 2


Tekom 47 Back to Nature
Tekom 47 Back to Nature

Kali ini aku memilih untuk berjalan berdua dengan seorang teman, namanya anas, kami memiliki pemikiran yang hampir sama, ya 90% mungkin. Kami berjalan dengan riang tanpa mengeluh, saat menginjak lumpur, jalan gelap, dan sangat menikmati petualangan yang tersedia untuk kami. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya kami sampai disebuah rumah tua yang sedikit terpencil dari rumah lainnya. Dibelakang rumah tersebut ada curug (water fall) yang tidak terlalu besar. Dan suara gemericik airnya saat menyentuh bebatuan,saat bertemu dengan genangan air yang menanti didasar kolam, semua terasa alami, natural, ngga dibuat-buat. Sekarang aku berpikir bahwa, sesuatu yang alami itu indahnya dapat dirasakan oleh semua orang, dan yang dibuat-buat itu ngga akan abadi, suatu saat akan terlihat yang alaminya. Pelajaran kedua.

Setelah makan malam dan beristirahat sejenak, kemudian kami menuju curug, disana ada bagian yang kering, dan banyak bebatuan besarnya, sehingga kami bisa duduk diatas batu, menikmati putihnya air terjun, nyanyian pohon bambu, dan sesekali ada kunang-kunang yang terbang diatas aliran air di bagian yang gelap. Indah, seperti mimpi. Tapi pada dasarnya, alam memang menyediakan keindahan untuk kita manusia. Tapi, entah itu yang disebut angkuh, kita manusia dengan sampai hati merusaknya. Manusia adalah makhluk yang tidak pandai berterimakasih, kadang kala. Pelajaran ketiga. đŸ˜‰

Disana kita bercengkrama, tentang diri masing-masing, keinginan masa depan, harapan dan cita-cita. Pada saat itu banyak yang tak ingin mengungkapkannya. Ada juga yang sangat percaya diri dengan kemampuannya. Sekarang, aku mengerti maksud dan tujuan pak Gatot mengadakan ini semua. Acara kita dilanjutkan dengan motivasi, didalam ruangan kecil lagi sempit dan gelap juga, kita di beri makan malam motivasi yang sedikit garing dan membosankan tapi isinya sangat penting. Disini, suasana nya yang sangat tidak intensif. Satu lagi pelajaran yang baru aku pahami sekarang, ilmu yang penting itu bisa kita dapatkan dimana saja, ditempat kecil,sumpek dan gelap ini pun kita masih bisa mendapatkan ilmu, jika kita memperhatikannya. Sesuatu yang sangat berharga, bisa jadi tersimpan ditempat yang menurut kita ngga layak, kita hanya perlu membuka mata dan ngga meremehkan. Pelajaran ke empat. đŸ˜‰

Oke, malam itupun berakhir. Kami tidur seadanya, teman laki-laki bercanda sambil bermain poker di pelataran. Malam disini, jauh lebih dingin dibanding malam-malam di kota Bogor. Hmm, aku merindukan suasana tenang, damai, tanpa hiruk pikuk kendaraan seperti di kota. Mungkin aku memang ditakdirkan untuk jadi gadis kampung kali ya, eh gadis desa deh biar kedengeran cakep dikit. đŸ˜€ đŸ˜€ đŸ˜€

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.